BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum kebijakan
energi Nasional lebih bertumpu pada energi yang berasal dari fosil, terutama
Bahan Bakar Minyak (BBM). Khusus tentang penyediaan energi listrik dari
kapasitas PLN yang terpasang sebesar 72,85% energi dihasilkan dari bahan bakar
fosil yang terdiri dari :28,58% berasal dari pembangkit berbahan bakar gas,
25,28% dari minyak bumi dan 18,99% berasal dari batu bara. Sedangkan tenaga
listrik yang dihasilkan oleh tenaga air sebesar 11,96% dan yang dihasilkan oleh
panas bumi sebesar 1,51%.
Sedangkan pada kenyataannya, terbukti bahwa masih
banyak masyarakat Indonesia yang daerahnya belum dapat menikmati aliran listrik
dari PLN seperti yang saya nikmati saat ini. Misalnya saja bagi pelajar sekolah
yang tinggal di daerah pedesaan, masih banyak anak Indonesia yang belum dapat
menikmati belajar dengan nyaman pada malam hari karena desanya masih belum
teraliri listrik. Selain itu, kebutuhan energi listrik bagi setiap manusia
merupakan salah satu bagian penting yang berguna untuk menunjang perekonomian
di suatu daerah tertentu.
Data terakhir menunjukkan bahwa Rasio
Elektrifikasi (perbandingan rumah tangga berlistrik dengan total rumah tangga)
Indonesia hanya sekitar 54%, ini berarti hampir dari setengah penduduk
Indonesia belum menikmati listrik. PLN bertekad untuk mencanangkan sebuah visi
baru yaitu “Melistriki Nusantara” dengan Pencapaian Rasio Elektrifikasi 100%
pada tahun 2020. Ini berarti di tahun-tahun kedepan PLN sebagai Pelaksana dan
Pemegang Kuasa Usaha Kelistrikan di Indonesia, harus menggugah dan mengajak
seluruh elemen masyarakat. Tak terkecuali mulai dari kalangan Pemerintah maupun
Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), masyarakat umum
untuk turut berperan secara aktif, memanfaatkan segala potensi yang ada, dalam
upaya membangun kelistrikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menjadi
lebih baik.
Angin adalah salah satu
bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin
mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan kincir
angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar kincir angin,
diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang kincir angin,
sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini biasanya akan
disimpan kedalam baterai sebulum dapat dimanfaatkan.
Pembangkit Listrik
Tenaga Angin merupakan salah satu energi listrik yang paling cocok dan efisien
untuk diaplikasikan di wilayah Indonesia. Dikarenakan Indonesia yang merupakan
Negara Kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai
terpanjang di dunia yaitu kurang lebih 80.791,42 km, yang merupakan wilayah
potensial untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
Pembangkit Listrik
Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan
menggunakan turbin angin ataupun kincir angin. Melalui makalah ini, akan
dibahas bagaimana cara kerja dan pemanfaatan kincir angin sebagai salah satu
implementasi dari sebuah generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
Berdasarkan penjelasan diatas, saya mengambil judul “Kincir Angin sebagai Pembangkit Listrik” di dalam penulisan
makalah saya ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Negara Indonesia, dengan menggunakan
kincir angin sebagai salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Angin, diharapkan
energi listrik bisa terjangkau sampai ke dalam pedesaan ataupun daerah-daerah yang
sampai saat ini belum pernah menikmati aliran listrik dari PLN. Selain itu
bertujuan juga untuk mengetahui cara kerja pada kincir angin tersebut.
1.3 Batasan Masalah
Untuk
memfokuskan masalah yang ingin dibahas, maka perlu dibuat batasan masalah.
Adapun batasan masalah dalam penulisan makalah ini adalah Pengembangan Energi
Listrik Tenaga Angin yang ada di daerah tepatnya di Desa Kertojayan, Kecamatan Grabag, Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah.
BAB
II
INTI
TULISAN
2.1 Generator Sinkron (AC)
Konstruksi Generator Sinkron
Pada dasarnya konstruksi dari
generator sinkron adalah sama dengan konstruksi motor sinkron, dan secara umum
biasa disebut mesin sinkron. Ada dua struktur kumparan pada mesin sinkron yang
merupakan dasar kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan
penguatan DC (membangkitkan medan magnet, biasa disebut sistem eksitasi) dan
sebuah kumparan (biasa disebut jangkar) tempat dibangkitkannya GGL (Gaya Gerak Listrik) arus bolak balik.
Hampir semua mesin sinkron mempunyai
belitan GGL (Gaya Gerak Listrik) berupa stator yang diam dan struktur medan
magnit berputar sebagai rotor. Kumparan DC pada struktur medan yang berputar
dihubungkan pada sumber DC luar melaui slipring dan sikat arang, tetapi ada
juga yang tidak mempergunakan sikat arang yaitu suatu sistem yang disebut
dengan “brushless excitation”.
Gambar 1. Konstruksi Generator
Beda
generator listrik DC dan AC :
Generator DC : Generator arus searah , menggunakan
“Comutator”
Generator AC : Generator arus bolak balik,
menggunakan “Slip Ring”
Bentuk Penguatan
Seperti materi yang telah diuraikan
diatas, bahwa untuk membangkitkan fluks magnetik diperlukan penguatan DC.
Penguatan DC ini bisa diperoleh dari generator DC penguatan sendiri yang
seporos dengan rotor mesin sinkron. Pada mesin sinkron dengan kecepatan rendah,
tetapi rating daya yang besar, seperti generator Hydroelectric (Pembangkit
listrik tenaga air), maka generator DC yang digunakan tidak dengan penguatan
sendiri tetapi dengan “Pilot Exciter” sebagai penguatan atau menggunakan
magnet permanent (magnet tetap).
2.2 Kincir Angin
Teknologi
kincir angin, memutar generator tegangan bolak-balik. Karena kecepatan angin
yang berubah-ubah, maka tegangan AC yang dihasilkan oleh generator mempunyai
frekuensi berubah-ubah pula. Tegangan AC yang frekuensinya berubah-ubah ini
harus diubah menjadi tegangan DC yang tetap dengan menggunakan penyearah.
Misalnya untuk daya yang kurang dari 100 kW, langkah selanjutnya adalah
mengubah tegangan DC ini menjadi tegangan AC pada frekuensi 50 Hz dengan
menggunakan inverter. Maka, keluaran yang dihasilkan dari inverter tersebut
diparalel dengan jaringan listrik yang ada. Dengan menggunakan konsep ini,
semua energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTA bisa dikirim ke jaringan untuk
dimanfaatkan. Pembangkit semacam ini juga tidak memerlukan baterai yang mahal
dan butuh pemeliharaan yang rutin.
Teknologi
kincir angin yang diperlukan dalam PLTA telah dikuasai oleh orang Indonesia dan
beberapa industri lokal telah mampu membuatnya dengan baik. Generator yang bisa
digunakan adalah generator induksi (yang murah dan kokoh) atau generator magnet
permanen yang efisien. Kedua teknologi generator ini telah dikuasai oleh orang
Indonesia dan beberapa industri yang telah mampu membuatnya. Yang menjadi
masalah saat ini adalah bahan baku yang sebagian besar harus didatangkan dari
luar. Teknologi inverter dan penyearah juga dikuasai oleh orang Indonesia walaupun
industri yang membuatnya masih terbatas. Di Indonesia juga tidak tersedia orang
yang menguasai teknologi komponen elektronika daya, apalagi industrinya. Semua
komponen elektronika daya harus didatangkan dari luar. Di Indonesia juga
peneliti yang mendalami teknologi elektronika daya masih sangat terbatas.
Perkembangan kebutuhan akan pembangkit listrik ini sebaiknya diambil oleh
pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri elektronika daya beserta
sumber daya manusianya.
Gambar
2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin
2.3 Bagian-Bagian yang ada pada
Kincir Angin
Secara
sederhana sketsa kincir angin adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Sketsa
Kincir Angin
Gambar 4.
Bagian-bagian Kincir Angin
Bagian-bagian Kincir Angin :
a) Nacelle
: merupakan elemen utama karena berfungsi melindungi elemen – elemen
vital seperti gearbox dan electrical generator. Dapat
dikatakan nacelle ini sebagai badan pembungkusnya. Di depan nacelle terdapat
turbin, rotor blade, dan hub.
b) Rotor
Blade : merupakan elemen yang berfungsi untuk menangkap energi angin dan
energi yang diperoleh akan di transfer melalui hub. Untuk kincir angin modern
dengan kapasitas daya 600kW, panjang dari rotor blade
mencapai 20 meter (66 feet) dan umumnya di desain seperti desain sayap pesawat terbang.
c) Hub
: Dihubungkan dengan low speed shaft dari kincir angin itu sendiri.
d) Low
Speed Shaft : elemen ini menghubungkan antara rotor hub dengan
gearbox. Pada kincir angin dengan kapasitas daya 600 kW, kecepatan dari rotor
relatif rendah yaitu sekitar 19 – 30 rotasi per menit (RPM). Elemen shaft
mengandung pipa yang berfungsi sebagai system hidrolik dari kincir untuk
mengaktifkan pengereman aerodinamis (aerodynamic brakes).
e) Gearbox
: memiliki low speed shaft pada saat ke arah kiri dan mengakibatkan
high speed shaft berputar lebih cepat ke arah kanan dengan besar 50 kali lebih
cepat.
f) High
Speed Shaft : berputar dengan kecepatan sekitar 1500 RPM untuk
kemudian membangkitkan generator. Elemen ini diperlengkapi dengan mechanical
disk brake yang digunakan untuk mengatasi kegagalan pengereman aerodinamis atau
pada saat turbin sedang diperbaiki.
g) Electrical
Generator : mempunyai nama lain generator induksi atau generator
asinkron. Pada kincir angin yang modern daya listrik maksimum yaitu sekitar 500
– 1500 kW.
h) Electronic
Controller : berfungsi untuk memonitor keadaan dari kincir
angin guna menjaga bila terdapat kesalahan seperti gearbox ataupun rotor yang
kepanasan. Secara otomatis kincir akan berhenti berputar dan segera menghubungi
petugas operator melalui modem link.
i) Cooling
Unit : instrumen yang terdapat pada cooling unit yaitu kipas
elektris yang berfungsi untuk mendinginkan electrical generator. Selain
kipas juga terdapat oil cooling unit yang berfungsi untuk mendinginkan gearbox.
Pada beberapa jenis kincir terdapat juga instrumen water – cooled generator.
j) Tower
: merupakan bagian yang vital karena berfungsi menyangga turbin angina itu
sendiri. Pada kincir angin modern tinggi tower biasanya mencapai 40 – 60 meter.
Tower dapat dibedakan menjadi bentuk tubular seperti gambar di atas dan bentuk
lattice. Keuntungan dari bentuk tubular yaitu aman sedang untuk lattice
mempunyai biaya yang murah.
k) Anemometer
and wind vane : anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan dan arah
angin, sinyal elektronis dari anemometer ditangkap oleh electronic controller
yang kemudian digunakan untuk memulai memutar kincir. Kincir akan berputar jika
kecepatan angin paling tidak 5 m/s atau 10 knots dan akan berhenti secara
otomatis pada kecepatan 25 m/s atau 50 knots. Ini dilakukan untuk melindungi
turbin dan lingkungan sekitar.
2.4
Cara Kerja pada Kincir Angin
Kincir
angin merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Awal mulanya
kincir angin digunakan pada zaman babilonia untuk penggilingan padi. Penggunaan
teknologi modern dimulai sekitar tahun 1930, diperkirakan ada sekitar 600.000
buah kincir angin untuk berbagai macam keperluan. Saat ini kapasitas daya yang
dihasilkan kincir angin skala industri antara 1-4 mw.
Cara kerja kincir angin sangat sederhana, yaitu :
v Angin akan meniup bilah kincir angin
sehingga bilah bergerak.
v Bilah kincir angin akan memutar
poros didalam nacelle
v Poros di hubungkan ke gearbox, di
gearbox kecepatan perputaran poros ditingkatkan dengan cara mengatur
perbandingan roda gigi dalam gearbox.
v Gearbox dihubungkan ke generator,
kemudian generator merubah energi mekanik menjadi energi listrik.
v Kemudian dari generator, energi
listrik menuju transformer untuk menaikkan tegangannya kemudian baru bias
didistribusikan ke konsumen.
Gambar
5. Isi Turbin atau Kincir Angin
2.5 Kondisi dan Kecepatan Angin
Angin
kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi
angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Syarat-syarat
dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik dapat
dilihat pada tabel berikut :
Gambar 6. Kondisi
dan Kecepatan Angin
2.6 Kelebihan dan Kekurangan
Pemanfaatan Angin
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan pemanfaatan angin
sebagai sumber energi listrik.
Kelebihan
Ø Ramah lingkungan (tidak polusi,
bersih)
Ø Merupakan renewable energi (energi
yang tidak dapat habis)
Ø Sering dipadukan dengan sumber
energi lain terutama sumber energi yang terbarukan.
Kekurangan
Ø Hanya bisa di tempat-tempat tertentu
yang memiliki banyak angin (tidak bias disembarang tempat)
Ø Butuh lahan yang cukup besar.
2.7 Metode Penelitian
Penelitian ini melanjutkan pengukuran data angin di Pantai
Selatan Kabupaten Purworejo sebulumnya. Data primer diambil langsung dari
proses pengukuran di lapangan atau di lokasi penelitian tepatnya di Desa
Kertojayan, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo.
2.8 Hasil dan Pembahasan
Pengamatan awal terhadap karakteristik angin di Provinsi Jawa
Tengah,
khususnya
Kabupaten Purworejo menunjukkan bahwa kawasan pantai itu telah dilakukan studi potensi energi angin yang perlu
dicermati.Untuk itu telah dilakukan studi potensi karakteristik angin di desa
Harjobinangun, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo selama 1 (satu)
tahun. Pengamatan dilakukan untuk variabel kecepatan angin, arah angin temperatur atmosfer, tekanan barometik dan
kelembaban relatif dengan menggunakan sensor dan data logger merk NRG
System,yang mampu mengukur sekaligus merekam data, sehingga dapat
dilakukan analisa secara berkala. Dari hasil pengamatan dan analisa data
menunjukkan bahwa, kecepatan angin rata-rata
tahunan dikawasan tersebut adalah ,1 m/s pada ketinggian 100m dengan kecepatan angin efektif sebanyak 77,83%. Arah angin dominan
dari arah tenggara dengan presentase
waktu yang rata-rata 19,28 %. Dengan kecepatan angin tersebut, diperkirakanakan
dapat menghasilkan rapat daya 289,4 / W/m yamg termasuk dalam katagori cukup biak dengan produksi energi angin tahunan
235,75 kWh/m, sehingga dapat lokasi peneliti ini dapat dimungkinkan untuk
membangun pembangkit listrik tenaga angin dengan kapasitas besar (>100 kW per Tubin). Dalam penelitian ini uga
telah dilakukan simulasi pembangkitan listrik,yang menunjukkan bahwa biaya
pambangkitan adalah $0.025./kWh atau sekitar Rp 254,3 / kWh. Dalam kegiatan penelitian ini dilakukan uji coba
dengan pembangunan prototype kincir angin di lokasi penelitian yang
berguna untuk mendapatkan karakteristik pola
daya dari energi listrik yang dihasilkan. Sehingga dapat dianalisis mengenai kolerasinya dengan data angin yang terukur.
Disamping itu hasil keluaran energi listrik dapat dimanfaatkan oleh tempat
Pelelangan ikan dan juga oleh masyarakat sekitarnya.
2.9 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perekaman parameter-parameter data angin
selama 1 tahun, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kecepatan angin rata-rata tahunan di
kawasan pantai Selatan Pulau Jawa, Kabupaten Purworejo. Provinsi Jawa Tengah,
adalah 6,1 m/s pada ketinggian 100 m dengan kecepatan angin efektif sebanyak
77,83%. Arah angin dominan berdasarkan presentase
total waktu terbesar dan total energi terbesar dari arah tenggara
dengan presentase waktu rata-rata 19,28%. Arah angin ini penting untuk
penentuan titik-titik turbin atau kincir angin (micrositing).
2. Kecepatan angin tersebut diatas
menghasilkan rapat daya 289,4 W/m2
yang termasuk dalam
kategori cukup baik dengan produksi energi angin tahunan 2335,75 kWh / m2.
3. Dengan kecepatan yang ada, maka di lokasi penelitian dimungkinkan
untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin dengan kapasitas
besar ( >100 kWh per turbin)
4. Simulasi dengan menggunakan asumsi
pembangkit 100 MW (1 MW per turbin sejumlah 100 pembangkit), menunjukkan bahwa
biaya pembangkitan adalah $0,025/kWh atau sekitar Rp.254,3/kWh. (catatan: biaya pembangkitan
listrik PLN adalah US$5,3 cent per kWh untuk JAMALI dan US$7,1 cents per
kWh untuk di luar JAMALI per Januari 2003).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
didaerah Jawa Tengah tepatnya di pantai Selatan Kabupaten Purworejo mempunyai
potensi angin yang layak untuk dibangun pembangkit listrik tenaga angin skala
besar.
Saran
Perlu adanya kerjasama antara
Pemerintah, Pihak Swasta maupun masyarakat dalam membangun pembangkit listrik
dengan cara memanfaatkan segala potensi sumber daya alam yang
ada, dalam upaya membangun kelistrikan di Indonesia untuk menjadi lebih baik
dan energi listrik tersebut bisa dinikmati oleh semua rakyat Indonesia tanpa
terkecuali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar